Gejolak keraton kasepuhan Sultan Pangeran Hempi Raja Kaprabon pun Angkat Bicara
CIREBON, BuserNews 19 com-Pakar sejarah Sultan Pangeran Hempi Raja Kaprabon angkat bicara terkait surat yang ditujukannya kepada wargi Keraton Kasepuhan yang berisi pelurusan sejarah trah Sunan Gunung Jati di Keraton Kasepuhan.
Dalam surat ini, ia menyatakan keprihatinannya atas situasi dan kondisi yang sebenarnya di Keraton Kasepuhan sejak meninggalnya Sultan Sepuh ke V Pangeran Mochammad Syafiudin Matangaji (sultan matangaji) pada zaman pemerintahan Kolonial Belanda, kemudian pelantikan Sultan Sepuh VI Sultan Hasanudin (Ki Muda) yang bukan trah Sunan Gunung Jati dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
“Dengan dasar sejarah terdahulu dan sekarang telah berubah menjadi negara republik, maka keutuhan keturunan Kesultanan Kasepuhan harus dikembalikan kepada nasab atau trah yang sebenarnya agar kedudukan sultan sepuh benar-benar keturunan asli Sunan Gunung Jati, sehingga doa dan marwah sultan sepuh nyambung dengan leluhurnya,” tutur Hempi dalam surat tersebut.
Sehingga, menurutnya, penerus Sultan Sepuh XIV tidak dapat diteruskan oleh putranya karena akan menjadi masalah berkepanjangan dari keturunan yang bukan keturunan Sunan Gunung Jati.
Saat dimintai konfirmasi, Hempi menuturkan, ada permintaan dari sesepuh di Kesultanan Cirebon untuk mendukung trah Sunan Gunung Jati kembali menjadi sultan sepuh.
“Saya bicara sebagai pakar sejarah biar netral, saya tidak punya tendensi atau keinginan untuk kudeta, hanya ingin meluruskan sejarah ratusan tahun sehingga saya tercetus peduli. Saya diminta untuk bikin surat, sejarahnya berdasarkan fakta,” ujar doktor sejarah Unpad tersebut, Kamis (6/Penerus Sultan Terdahulu Bukan Trah Sunan Gunung Jati
By Ajay Kabar Cirebon – 6 August 20202
Sultan Pangeran Hempi Raja Kaprabon
CIREBON, (KC Online).-
Pakar sejarah Sultan Pangeran Hempi Raja Kaprabon angkat bicara terkait surat yang ditujukannya kepada wargi Keraton Kasepuhan yang berisi pelurusan sejarah trah Sunan Gunung Jati di Keraton Kasepuhan.
Dalam surat ini, ia menyatakan keprihatinannya atas situasi dan kondisi yang sebenarnya di Keraton Kasepuhan sejak meninggalnya Sultan Sepuh V Pangeran Mochammad Syafiudin Matangaji pada zaman pemerintahan Kolonial Belanda, kemudian pelantikan Sultan Sepuh VI Sultan Hasanudin (Ki Muda) yang bukan trah Sunan Gunung Jati dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
“Dengan dasar sejarah terdahulu dan sekarang telah berubah menjadi negara republik, maka keutuhan keturunan Kesultanan Kasepuhan harus dikembalikan kepada nasab atau trah yang sebenarnya agar kedudukan sultan sepuh benar-benar keturunan asli Sunan Gunung Jati, sehingga doa dan marwah sultan sepuh nyambung dengan leluhurnya,” tutur Hempi dalam surat tersebut.
Sehingga, menurutnya, penerus Sultan Sepuh XIV tidak dapat diteruskan oleh putranya karena akan menjadi masalah berkepanjangan dari keturunan yang bukan keturunan Sunan Gunung Jati.
Saat dimintai konfirmasi, Hempi menuturkan, ada permintaan dari sesepuh di Kesultanan Cirebon untuk mendukung trah Sunan Gunung Jati kembali menjadi sultan sepuh.
“Saya bicara sebagai pakar sejarah biar netral, saya tidak punya tendensi atau keinginan untuk kudeta, hanya ingin meluruskan sejarah ratusan tahun sehingga saya tercetus peduli. Saya diminta untuk bikin surat, sejarahnya berdasarkan fakta,” ujar doktor sejarah Unpad tersebut, Kamis (6/8/2020).
Ia menegaskan, setelah Sultan Sepuh V, penggantinya memang bukan trah Sunan Gunung Jati. Melencengnya trah Sunan Gunung Jati berawal dari sini.
“Pengganti Sultan Sepuh V diangkat oleh penguasa kolonial Belanda, yaitu Sultan Hasanudin atau Ki Muda, dia merupakan kakaknya istri selir Sultan Sepuh ke IV. Dari situlah trah atau keturunan Sunan Gunung Jati sudah putus,” tuturnya.
Menurutnya, hingga Sultan Sepuh XIV terjadi banyak gejolak. Sebab beberapa penerus terdahulu bukan asli lagi trah Sunan Gunung Jati. “Sempat ada beberapa polmak atau sultan pengganti sementara saat itu,” tambahnya.
Ia juga menegaskan, jika ada pihak yang berkepentingan untuk berkuasa atas surat yang dikirimkannya ke pihak Keraton Kasepuhan, ia akan marah.
“Saya akan tentang dan lawan, saya sudah siap. Bagi saya tidak masalah Luqman jadi sultan, yang penting saya sudah meluruskan sejarah,” katanya.
Saat ditanya, siapa sebetulnya keturunan Sunan Gunung Jati yang saat ini paling berhak menjadi Sultan Sepuh, ia menjawab jika keturunan sultan-sultan sepuh terdahulu sebetulnya masih ada.
“Keturunan Sultan Sepuh III ada di Kuningan, keturunan Sultan Sepuh IV ada di Ciamis, keturunan Sultan Sepuh V ada di Mertasinga,” ujarnya.
Posisi Sultan Sepuh, menurutnya, harus diisi oleh generasi yang paling tua dan harus lurus pancer laki-laki, mampu, bijaksana, jujur, merangkul seluruh keluarga dan tidak memiliki kepentingan pribadi.
“Soal mengembalikan trah asli Sunan Gunung Jati ini tergantung dari keturunan, punya niatan tidak untuk mengembalikan kepada trah yang asli atau membiarkan. Untuk mengembalikan trah asli tersebut pasti ada eksesnya, masalah itu harus diakui ada,” tuturnya.
Ia menambahkan, saat ini langkah sementara yang bisa diambil yaitu mengosongkan terlebih dahulu posisi Sultan Sepuh untuk kemudian menentukan siapa yang berhak, kemudian menempuh uji keturunan yang asli, debat terbuka dengan keluarga dan disertai bukti-bukti silsilah.(Iskandar)/2020).
Ia menegaskan, setelah Sultan Sepuh V, penggantinya memang bukan trah Sunan Gunung Jati. Melencengnya trah Sunan Gunung Jati berawal dari sini.
“Pengganti Sultan Sepuh V diangkat oleh penguasa kolonial Belanda, yaitu Sultan Hasanudin atau Ki Muda, dia merupakan kakaknya istri selir Sultan Sepuh ke IV. Dari situlah trah atau keturunan Sunan Gunung Jati sudah putus,” tuturnya.
Menurutnya, hingga Sultan Sepuh XIV terjadi banyak gejolak. Sebab beberapa penerus terdahulu bukan asli lagi trah Sunan Gunung Jati. “Sempat ada beberapa polmak atau sultan pengganti sementara saat itu,” tambahnya.
Ia juga menegaskan, jika ada pihak yang berkepentingan untuk berkuasa atas surat yang dikirimkannya ke pihak Keraton Kasepuhan, ia akan marah.
“Saya akan tentang dan lawan, saya sudah siap. Bagi saya tidak masalah Luqman jadi sultan, yang penting saya sudah meluruskan sejarah,” katanya.
Saat ditanya, awak media siapa sebetulnya keturunan Sunan Gunung Jati yang saat ini paling berhak menjadi Sultan Sepuh, ia menjawab jika keturunan sultan-sultan sepuh terdahulu sebetulnya masih ada.
“Keturunan Sultan Sepuh III ada di Kuningan, keturunan Sultan Sepuh IV ada di Ciamis, keturunan Sultan Sepuh V ada di Mertasinga,” ujarnya.
Posisi Sultan Sepuh, menurutnya, harus diisi oleh generasi yang paling tua dan harus lurus pancer laki-laki, mampu, bijaksana, jujur, merangkul seluruh keluarga dan tidak memiliki kepentingan pribadi.
“Soal mengembalikan trah asli Sunan Gunung Jati ini tergantung dari keturunan, punya niatan tidak untuk mengembalikan kepada trah yang asli atau membiarkan. Untuk mengembalikan trah asli tersebut pasti ada eksesnya, masalah itu harus diakui ada,” tuturnya.
Ia menambahkan, saat ini langkah sementara yang bisa diambil yaitu mengosongkan terlebih dahulu posisi Sultan Sepuh untuk kemudian menentukan siapa yang berhak, kemudian menempuh uji keturunan yang asli, debat terbuka dengan keluarga dan disertai bukti-bukti silsilah.tuturnya
(Wahyu wijaya)