Peziarah Padati Suasana Selawean Buyut Trusmi Cirebon
CIREBON, BuserNews19.com-
Masyarakat rela antre dan berebut memasuki area balong Masjid Kramat Trusmi untuk mandi atau sekadar cuci muka air coklat keabu-abuan yang terletak di kedalaman lebih dari 5 meter.
Fenomena tahunan tersebut terjadi setiap bulan Maulid yang diperingati sebagai tradisi turun temurun bagi masyarakat Cirebon.
Tradisi muludan yang berlangsung sejak awal bulan maulid hingga Malam 25 maulid menurut kalender Jawa ini didatangi ribuan pengunjung dari dalam maupun luar Cirebon untuk melakukan ritual mandi dan ziarah kubur ke makam Mbah Buyut Trusmi.
Masyarakat yang berkunjung mengaku sudah mengikuti adat istiadat ini sejak bertahun-tahun untuk mengalap berkah.
“Iya kami datang sekeluarga biar mendapat barokah dan dilancarkan segala urusannya. Sekalian silaturahmi ke Makam Mbah Buyut Trusmi,” ujar Carsini warga Juntinyuat Indramayu sehabis mencurahkan uang receh kepada anak yatim dan duafa di halaman masjid, Rabu (11/11/20).
Malam ini adalah malam pelal. Tetapi, tahun ini pusaka dan jimatnya tidak dikeluarkan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Karena suasan masih pandemi covid19 namun Tradisi ini warisan leluhur turun temurun yang semua orang bahagia menyambutnya dan harus terus lestari,” ujar Kepala kuncen Trusmi saat dijumpai di ruang pekuncen
Kepala kuncen dan juga para juru kemit tidak henti hentinya memberikan peringatan kepada seluruh tamu penjiarah untuk tetap memakai masker dan memapatuhi protokol kesehatan
Dan sebagainya ..
Tak pelak, selain mengandung banyak makna religius, tradisi muludan ini menjelma menjadi pesta rakyat. Banyak pedagang berjubal di kanan kiri jalan menjajakan jualannya yang nyaris tidak pernah sepi dipadati pembeli.
“Alhamdulillah banyak pengunjung yang tidak hanya ziarah tapi sekaligus belanja sebagai oleh-oleh di rumah,” ujar Minah pedagang intip asal Gunungjati.
Dari mandi di balong, ziarah, meminta air doa kepada sesepuh, memberi uang receh kepada duafa, hingga mencoba aneka hiburan dan makanan, pada intinya dimaknai sebagai rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala limpahan rahmat dan karunia bagi warga Cirebon. (Wahyu wijaya)