Gas Bersubsidi Di Beberapa Daerah Di Kabupaten Garut Langka Terjadi Saat Pilkades Serentak

Busernews19.com, Garut, —
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak tahun 2021, sekaligus ditegaskan oleh Bupati Garut sebagai haru libur bersama, ternyata berdampak terhadap penggunaan gas Lpg 3 Kg. Bahkan terjadi kelangkaan dan mahalnya gas bersubsidi di beberapa daerah di Kabupaten Garut.
Salah satu terjadinya kelangkaan tidak adanya pasokan tambahan yang diberikan oleh pihak Pertamina.
Direktur Utama PT Putra Mekar Sadulur Arief Rahman Jamil mengakui sulitnya medan dan kondisi alam di wilayah Garut bagian selatan.
“Sebenarnya keluhan masyarakat terhadap kurangnya pasokan sudah berlangsung lama, namun kami tak kuasa karena minimnya kuota yang kami terima,” ujar dia.
Menurutnya, kebutuhan pasokan gas melon untuk wilayah Garut selatan, hingga kini masih terbilang kecil dibanding potensi penduduk yang mendiami hampir 15 kecamatan di sana. “Banyak desa yang sejak konversi minyak tanah ke gas 2009, baru terbangun pangkalan tahun 2019 lalu,” kata dia.
Ia mencontohkan salah satu pangkalan di wilayah desa Depok, Kecamatan Cisompet baru terisi pangkalan dalam dua tahun terakhir, sejak konversi satu dekade lalu.
Sebelumnya, masyarakat Garut Selatan, Jawa Barat, masih mengeluhkan sulitnya mendapatkan jatah pasokan gas elpiji kapasitas 3 kilogram, hingga kini. Minimnya kuota yang diberikan Pertamina, membuat mereka meradang dan harus menebus dengan harga tinggi untuk mendapatkan gas melon bersubdisi tersebut.
Seperti yang di ungkapkan Sutarmin (60), salah satu warga Gunung Gelap, Kecamatan Cisompet mengatakan, sejak pertama kali konversi minyak tanah ke gas 2009 lalu, hingga kini masih sulit mendapatkan jatah elpiji dengan harga terjangkau.
“Kalau pun ada harganya bisa Rp30 ribu, dan itu pun paling lima hari sekali, kadang seminggu sekali,” ujarnya, Senin (7/6/2021).
Menurutnya, keterbatasan kuota gas melon yang diberikan pemerintah, diduga menjadi salah satu penyebab sulit dan tingginya harga jual gas di wilayah Garut Selatan saat ini.
“Daripada lama menunggu, saya hingga kini masih menggunakan kayu bakar, sebab kalau pun mencari gas harus ke kecamatan Cisompet lumayan jauh,” ujar dia.
Kondisi itu diperparah dengan kondisi medan jalan yang terjal dan berkelok, tidak sebaik di wilayah Garut Kota.
“Belum lagi ancaman datangnya bencana alam seperti banjir dan longsor di sepanjang jalan,” kata dia.
Seperti diketahui, wilayah Garut selatan memang terbilang luas. Di wilayah ini terdapat 246 desa di 15 kecamatan dengan topografi pegunungan dan hutan tersebut.
Tak ayal hal itu membuat gas melon yang dijual di wilayah Garut selatan, menjadi komoditas yang terbilang mewah dengan harga dua kali lipat. “Mohon pertamina bisa memperhatikan penambahan kuota gas subsidi itu untuk memudahkan warga,” kata dia.
Hal yang sama kelangkaan dan terjadinya harga mahal gas Lpg terjadi di wilayah Garut Utara, seperti yang dikatakan Rere (35) warga Kecamatan Cibatu, menurutnya, sudah beberapa pekan terjadi kelangkaan kendati ada harganya sangat tinggi.
“Susah untuk mendapatkan gas Lpg, kalaupun ada harganya melambung tinggi,” ucapnya.(*)